17 September 2008

BAWA SALJU ITU

Asmara berkuncup memang indah
Menelan setiap ludah yang tergiur gundah
Kemolekan terserabut ngeri
Bisik hati berpaut birahi
Perlahan kau datang menghampiriku
Menawarkan secangkir madu
Didalam untaian senyum yang terus memaksaku
Untuk segera tunduk pada libidoku
Aku memang mencintaimu
Ungkap ku dalam hati
Tatkala iblis berbisik padaku
Semburat wajah itu terus menghakimiku
Dalam pintamu, engkau mendasau nafas mu
Uhhh….. lirih
Aku bingung
Haruskah malaikat mencoba menasehatiku
Cinta bukan alasan
Cinta bukan menghalalkan
Cinta bukan keabsahan
Balutkan kembali mahkota itu
Bawa slalu salju
Biarkan aku terbang dengan khayalanku.

Yogyakarta, 2008
Edi Susilo

1 komentar:

Anonim mengatakan...

ketika hujan mendesah resah...
saat itu pula aku berpasrah
dalam hitungan detik
rintik hujan tak mampu lagi menyapaku
ketika sesaat ku sadari,
adanya hembusan yang lebih halus dari nafasku
saat air tak lagi ada dimataku
dan sebuah kata telak habis oleh waktu,
maka,
aku tak mampu berbuat sesuatu
karna ku tahu...
Tuhan telah mengambilku



mmmm....btw,bolehkan saya kirimkan ini?saya suka puisi.dan puisi saudara saya senang.bagus..

Posting Komentar

 

Blogroll

Site Info

Text

CERDAS POS Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template