30 Mei 2008

BBM NAIK: “INDONESIA DI UJUNG TANDUK”


Keputusan untuk menambah beban penderitaan rakyat telah diambil oleh pemerintah, sabtu 23 mei 2008 secara resmi pemerintah telah menetabkan kenaikan harga bahan bakar minyak. kebijakan yang seharusnya tidak perlu terjadi. Kenaikkan BBM akan mengakibatkan efek domino di masyarakat, secara ekonomi, kenaikan tersebut akan mengakibatkan kenaikan harga-harga dan barang jasa (inflasi), bahkan kenaikan tersebut bisa tak terkendali. kenaikan BBM yang cukup signifikan ini akan memicu inflasi besar-besaran. Kenaikan laju inflasi itu akan tercermin dari naiknya harga sejumlah komponen kebutuhan pokok masyarakat, berupa barang dan jasa.

Dengan dinaikkannya harga BBM sebesar 30% (Rp. 6000/liter (premium)) yang mengacu pada kenaikan minyak dunia sebesar 124 dollar AS/barel, merupakan wujud nyata dari kesalahan pemerintah dalam menerapkan kebijakan pertambangan dan energi. Menurut laporan Energy Information Administration (EIA) Januari 2008, disebutkan bahwa total produksi minyak Indonesia rata-rata sebesar 1,1 juta barel per-hari, dengan 81% (atau 894.000 barel) adalah minyak mentah (crude oil). Bayangkan, dari 1,1 juta barel/hari kalau seandainya diproduksi oleh perusahan negara yang tentunya fungsinya untuk mensuplai kebutuhan dalam negeri, maka kita akan menghasilkan dana sebesar 13.6400.000 dollar AS atau Rp. 1.227.600.000.000/hari bruto. Belum lagi ditambah dengan pengasilan sumber-sumber energi lain. cukup untuk tambal sulam Beban subsisdi Negara yang mencapai Rp. 250 triliun.

Alih-alih mengurangi beban masyarakat miskin, melalui Pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai sebesar Rp. 100.000/bulan, kenyataannya BLT berpeluang besar menimbulkan konflik horisontal atau bahkan akan terjadi korban karena buruknya sistem distribusi dan ini terbukti dengan digunakanya data usang untuk penyaluran BLT. BLT juga tidak memberi manfaat lebih bagi rakyat miskin, sebab dalam kerangka kebutuhan ekonomi, apalagi dalam sistem ekonomi liberal seperti saat ini, rakyat tak kan bisa berbuat banyak. Prinsipnya BLT hanya berfungsi sebagai sogokan bagi rakyat guna meredam amarah rakyat.

Kenyataan pahit telah diterima rakyat dinegeri ini, beban baru masyarakat telah menunggu di depan mata? Siapa yang bisa menjamin bahwa harga kebutuhan lain selain BBM tidak ikut naik? lalu mau apa kita sebagai generasi muda ? dan mungkinkah nasib bangsa ini memang sudah berada di ujung tanduk?

Continue Reading...

BBM NAIK: “INDONESIA DI UJUNG TANDUK”


Keputusan untuk menambah beban penderitaan rakyat telah diambil oleh pemerintah, sabtu 23 mei 2008 secara resmi pemerintah telah menetabkan kenaikan harga bahan bakar minyak. kebijakan yang seharusnya tidak perlu terjadi. Kenaikkan BBM akan mengakibatkan efek domino di masyarakat, secara ekonomi, kenaikan tersebut akan mengakibatkan kenaikan harga-harga dan barang jasa (inflasi), bahkan kenaikan tersebut bisa tak terkendali. kenaikan BBM yang cukup signifikan ini akan memicu inflasi besar-besaran. Kenaikan laju inflasi itu akan tercermin dari naiknya harga sejumlah komponen kebutuhan pokok masyarakat, berupa barang dan jasa.

Dengan dinaikkannya harga BBM sebesar 30% (Rp. 6000/liter (premium)) yang mengacu pada kenaikan minyak dunia sebesar 124 dollar AS/barel, merupakan wujud nyata dari kesalahan pemerintah dalam menerapkan kebijakan pertambangan dan energi. Menurut laporan Energy Information Administration (EIA) Januari 2008, disebutkan bahwa total produksi minyak Indonesia rata-rata sebesar 1,1 juta barel per-hari, dengan 81% (atau 894.000 barel) adalah minyak mentah (crude oil). Bayangkan, dari 1,1 juta barel/hari kalau seandainya diproduksi oleh perusahan negara yang tentunya fungsinya untuk mensuplai kebutuhan dalam negeri, maka kita akan menghasilkan dana sebesar 13.6400.000 dollar AS atau Rp. 1.227.600.000.000/hari bruto. Belum lagi ditambah dengan pengasilan sumber-sumber energi lain. cukup untuk tambal sulam Beban subsisdi Negara yang mencapai Rp. 250 triliun.

Alih-alih mengurangi beban masyarakat miskin, melalui Pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai sebesar Rp. 100.000/bulan, kenyataannya BLT berpeluang besar menimbulkan konflik horisontal atau bahkan akan terjadi korban karena buruknya sistem distribusi dan ini terbukti dengan digunakanya data usang untuk penyaluran BLT. BLT juga tidak memberi manfaat lebih bagi rakyat miskin, sebab dalam kerangka kebutuhan ekonomi, apalagi dalam sistem ekonomi liberal seperti saat ini, rakyat tak kan bisa berbuat banyak. Prinsipnya BLT hanya berfungsi sebagai sogokan bagi rakyat guna meredam amarah rakyat.

Kenyataan pahit telah diterima rakyat dinegeri ini, beban baru masyarakat telah menunggu di depan mata? Siapa yang bisa menjamin bahwa harga kebutuhan lain selain BBM tidak ikut naik? lalu mau apa kita sebagai generasi muda ? dan mungkinkah nasib bangsa ini memang sudah berada di ujung tanduk?

Continue Reading...
 

Blogroll

Site Info

Text

CERDAS POS Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template