19 Mei 2008

KEBANGKITAN NASIONAL ATAU KEBANGKRUTAN NASIONAL

Seratus tahun Kebangkitan Nasional begitulah yang di gembar-gemborkan dimana mana seakan ibu pertiwi benar-benar mendapat tempat utama dalam pemikiran semangat kebangkitan ini, saya rasa tidak, ini bukan kebangkitan tapi ini kebangkrutan nasional bagaimana bisa? Ya inilah masa kebangrutan Republik ini, lihat freepot yang mengeruk emas negeri ini dengan seenaknya, lihat juga dengan melek mata kita bagaimana rakyat yang sudah melarat di buat tambah sekarat dengan kenaikan harga BBM, dan yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan kita apalaj masih dapat kita temukan pendidikan murah? Merakyat dengan kualitas terbaik? Tidak tidak ada lagi? Di Republik ini semua serba selangit… inikah yang dinamakan Kebangkitan Nasional. Semua BOHONG BESAR!


SECUIL HARAPAN UNTUK PENDIDIKAN KU DI 100 TAHUN KEBANGKITAN NASIONAL

Gedung Sekolah bocor, guru berdemonstrasi demi memperjuangkan kesejahteraan, murid SD bunuh diri akibat tidak mampu membayar sejumlah uang untuk sekolahnya, dan masih banyak headline di berbagai media di negeri ini yang seharusnya sudah tidak perlu lagi untuk terus bergantian menjadi bacaan masyarakat setiap hari. Undang-undang sistem pendidikan nasional bagian keempat tentang pengalokasian dana pendidikan pasal 49 dengan jelas menyebutkanDana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)” tapi kenapa sampai sekarang masih terjadi ketimpangan dalam pendidikan kita. Kemana alokasi yang 20% yang telah dijanjikan Negara untuk dunia pendidikan.

SBY-Kalla sebagai pemimpin negeri ini wajib mengembalikan alokasi anggaran pendidikan itu kepada rakyat, kita akan sangat miris ketika mengetahui bagaimana anggaran yang direncanakan di APBD untuk ajang permainan bola bisa mencapai 100 kali lipat besarnya dibanding anggaran buat pendidikan. Sampai kapan anak-anak di negeri ini akan terus mengecap pahitnya pendidikan hanya karena hak yang telah menjadi milik mereka harus diambil, fasilitas sekolah yang dari tahun-ketahun seperti itu, kualitas pendidik dan buku-buku yang jauh dari harapan mereka, semua disumbat di sana-sini akhirnya, dari 20% yang telah menjadi hak pendidikan tidak lebih dari 11% yang bisa menyentuh mereka.

Belum lagi kebijakan yang amat sangat konyol yang menjadikan kampus-kampus menjadi BHP menyebabkan biaya untuk mengakses pendidikan begitu mahal, sebentar lagi kita akan mendapatkan sarapan bacaan setiap pagi dengan bagaimana anak tukang-tukang becak terpaksa harus gigit jari karena mahalnya pendidikan di negeri ini. Inikah bentuk pengejawantahan dari “pendidikan untuk mencerdaskan rakyat” sementara sebentar lagi kita sama-sama menyaksikan kaum miskin di negeri ini harus kembali menitikkan air mata hanya untuk bermimpi menyekolahkan anak-anak mereka.

SBY kembalikan 20% untuk pendidikan, cabut keputusam BHP, Pendidikan untuk rakyat bukan untuk kaum borjuis saja, negeri ini sebentar lagi akan ambruk karena telah menghianati para pendiri bangsa karena mahalnya akses pendidikan saat ini. Ki Hadjar Dewantara akan bercucuran ait mata mendengar berita ini, RA Kartini akan menyesali kenapa dulu membangun pendidikan dinegeri ini, KH Ahmad Dahlan akan sesenggukan menyaksikan penzoliman pendidikanya, dan semua fanding father Indonesia akan mengutuk negeri ini.

Kami rindu pendidikan murah, kami rindu anak-anak tukang becak bisa sekolah, kami rindu anak-anak jalanan bisa mengecap manisnya pendidikan, kami rindu semua anak di negeri ini bisa mencicipi pendidikan tidak ada pengecualian anak petani, anak pemulung, anak nelayan atau anak tuna wisma, atau anak koruptor keparat, kami rindu pendidikan yang dapat memerdekakan kami. Berikan itu untuk kami anak negeri ini.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogroll

Site Info

Text

CERDAS POS Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template